Kenali Penyebab Tantrum pada Anak
Tantrum adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan.
Seorang psikolog perkembangan anak, Belden, tantrum adalah hal yang normal terjadi pada setiap anak sebagai bagian dari proses perkembangannya.Namun, orangtua perlu mengetahui tanda tantrum pada anak yang sudah melebihi batas. Berikut tandanya:
- Memiliki frekuensi mengamuk yang sering.
- Mengamuk dalam waktu yang lama.
- Saat mengamuk, melakukan kontak fisik dengan orang lain.
- Marah sampai melukai diri sendiri.
Tanda di atas bisa menjadi risiko gangguan emosional pada anak. Oleh sebab itu, jika sudah dirasa berlebihan Anda bisa berkonsultasi pada dokter.
Penyebab Tantrum pada Anak
1.Lingkungan
Tantrum bisa saja disebabkan karena anak merasa kewalahan oleh sesuatu. Jadi, bila Si Kecil sering tantrum ketika berada di lingkungan tertentu, berhentilah sejenak dan perhatikan hal apa di lingkungan tersebut yang menyebabkan anak mengamuk. Apakah mungkin karena tempat tersebut terlalu banyak orang? Atau lingkungan tersebut terlalu berisik? Terlalu sempit? Terlalu banyak warna? Atau apakah anak mengamuk karena terlalu sering disentuh orang lain?
2.Ketakutan
Kemungkinan lain penyebab tantrum pada anak adalah ketakutan. Bila kamu takut laba-laba, coba bayangkan bagaimana perasaanmu bila suatu hari nanti bertemu dengan laba-laba? Tentunya kamu akan merasa takut yang luar biasa bukan? Bila penyebab tantrum pada anak kamu adalah rasa takut, pikirkanlah cara bagaimana kamu dapat membantu anak untuk belajar mengendalikan rasa ketakutannya saat melihat bahaya.
3.Orang Tertentu
Tantrum pada anak kadang-kadang juga dapat dipicu oleh orang tertentu. Misalnya, Si Kecil mungkin baru saja bertengkar dengan saudaranya. Pada kebanyakan kasus, anak-anak yang tantrum karena hal ini dapat membaik dengan sendirinya tanpa campur tangan orangtua. Namun, bila amarahnya tidak kunjung membaik dan malah memburuk, segeralah lakukan sesuatu untuk menenangkan anak.
4.Waktu Tertentu
Perhatikan juga apakah tantrum anak terjadi pada waktu-waktu tertentu? Bila iya, kemungkinan anak bergumul dengan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada waktu itu. Misalnya, Si Kecil tantrum setiap kali ayah atau ibu akan pergi meninggalkan rumah untuk bekerja. Bila demikian, cobalah memberi pengertian pada anak mengenai hal itu dan berilah waktu perpisahan yang sedikit lebih lama bagi anak.
5.Kata-Kata Tertentu
Coba pikirkan apakah ada kalimat yang ayah atau ibu ucapkan yang menjadi pemicu tantrum pada anak? Misalnya, ayah atau ibu mungkin melarang Si Kecil melakukan sesuatu dengan menakut-nakutinya atau mengancamnya, sehingga membuat anak mengalami tantrum. Bila kata-kata ayah atau ibu yang menjadi penyebab tantrum anak, cobalah untuk memikirkan kalimat atau cara mendisiplinkan anak yang lebih baik.
6.Ke-Plin-Plan-an Orangtua
Menjadi orangtua memang sangat menyibukkan dan melelahkan, sehingga wajar saja bila orangtua mudah kehilangan konsistensi alias menjadi plin-plan. Jadi, ketika ayah atau ibu mengatakan pada anak bahwa ia boleh bermain sekarang juga, lalu tiba-tiba berubah pikiran dan mengatakan pada anak bahwa ia baru boleh main setelah makan malam, hal ini bisa membuat anak marah dan akhirnya mengalami tantrum.
Baca Juga : Pentingnya marketing dalam bisnis!